Thursday, April 06, 2006

Rp 70,-

Makan.
Kemarin malam maem Horfun Bebek ala Tio Ciu. Horfun itu mirip-mirip kwe tiau, tapi lebih tipis-tipis. Kuahnya coklat, mirip bakut teh, dengan bawang yg banyak... nyam... nyam...

Rp 22.000 + Rp 4.000 buat es teh tawar (!!) total Rp 26.000.
Plus service charge 5%, terus plus lagi PPN 10%. Total gue dicharge lagi 15.5%
Angkanya? Rp 30.030 ... tiga puluh ribu, tiga puluh rupiah.

Uangku? Rp 50.000.

Kembalinya?
Pasti bukan Rp 19.970, karena tidak ada pecahan uang logam untuk Rp 70,-
Tebak: Rp 20.000 atau Rp 19.900?

Rp 19.900!
Kurang!

Rp 70,-

Marah.
(Kebangetan juga, sih)
Kenapa customer yg harus mengalah, di-rounding ke bawah?
Rp 70,- bisa buat perbedaan yg besar ke attitude customer terhadap brand kita.

Ini praktek yg sering terjadi di Indonesia.
Kembalian di supermarket, restoran, hypermart, food court, you name it, sering kurang. Diganti permen. Atau hilang begitu saja.... dengan alasan "tidak ada uang kecil" ... Kadang orang protes, kadang tidak karena cuek.

Kenapa bikin harga yg "aneh" sehingga tidak bisa memberikan exact change? (Udah tahu uang pecahan Rp 50,- apalagi Rp 25,- sudah hampir hilang dari peredaran).
Di beberapa negara lain, 1 sen pun pasti dikembalikan.

Ada satu supermarket yg cukup bagus, total belanjaan kita selalu dirounding ke bawah, ke-50-an terdekat. Maksimum rugi Rp 49,- yah... lumayan lah, tapi 49 perak tersebut means a lot bagi customernya: "kami berpihak kepada Anda."

Komplain (& Puas).
"Mas, kembaliannya kurang ... tujuh puluh rupiah."

Bagusnya mereka punya response yg baik.
"Maaf, ya, Pak, saya periksa dulu dengan kasir."

Dan aku dapat Rp 20.000,-
Tips Rp 2.000,- melayang, aku tinggalkan di meja.

Jangan menyusahkan customer lah...
Perhatikan juga hal-hal kecil, sehingga experience mereka dengan brand kita nyaman, memorable.

No comments: